Ketua Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia, Cahya Putra Rangkuti, menjelaskan bahwa Bulan Bahasa tidak hanya sekadar peringatan tahunan, melainkan wadah bagi mahasiswa dan pelajar untuk mengembangkan potensi diri. “Acara kita tuh sebenarnya yang pertama mengenalkan budaya Indonesia, terutama ke masyarakat, bahwa budaya Indonesia tuh sangat perlu dilestarikan dan dipertahankan. Selain itu, di sini kita juga menghadirkan tiga pilar lomba, yaitu dramatisasi puisi, cipta cerpen, dan tari tradisional. Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa berkreasi dan berkreativitas,” ujar Putra.
Senada dengan itu, ketua pelaksana Bulan Bahasa 2025, Sasi Kirana Ridwan, menambahkan bahwa kegiatan ini juga menjadi bentuk nyata kepedulian mahasiswa terhadap kelestarian budaya Indonesia. “Anak-anak Sastra Indonesia atau yang menyukai hal-hal berbau menulis, mendekati sastrawan, menjadikan bulan ini sebagai wadah untuk menyalurkan minat dan bakat mereka dalam mencantumkan tulisan menjadi sebuah karya,” ungkap Sasi.
Selain perlombaan, Bulan Bahasa 2025 juga menghadirkan Talkshow Sastra bersama sastrawan muda Mellyana Dhian Isfandhiary, yang membagikan pengalaman menulis dan proses kreatifnya. Talkshow ini menjadi sesi paling dinanti karena memberikan wawasan baru tentang dunia penulisan kreatif kepada peserta.
Salah satu peserta lomba tari, Yusuf Dwi Mahardika, mahasiswa Ilmu Komunikasi Unpak asal Lampung, menampilkan tarian berjudul Ngumbai Lawok. Tarian tersebut menggambarkan tradisi masyarakat pesisir Lampung dalam mencuci laut sebagai ungkapan syukur dan doa keselamatan. “Tariannya aku koreograferin sendiri dalam dua hari. Lewat karya ini, aku ingin mengenalkan budaya Lampung ke lebih banyak orang,” ujar Dika.
Dari cabang lomba dramatisasi puisi, Syahla Adellia Sari, dari kelas 3J Ilmu Komunikasi membawakan puisi karya W.S. Rendra berjudul “Orang-orang Miskin”. Ia mengatakan bahwa puisi tersebut memiliki makna sosial yang kuat dan relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. “Aku suka puisi realis, apalagi karya Rendra banyak nyentuh isu sosial. Semoga tahun depan acaranya lebih luas lagi biar makin banyak yang ikut,” tutur Syahla.
Acara berlangsung meriah dari pukul 08.00-15.40 Waktu Indonesia Barat (WIB). Seluruh peserta dalam acara ini tampak antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan. Sorak tepuk tangan terdengar setiap kali penampilan selesai, menandakan apresiasi besar terhadap setiap karya yang ditampilkan.
Melalui Bulan Bahasa 2025, HIMSINA berharap kegiatan ini dapat terus menjadi wadah bagi mahasiswa dan pelajar untuk menumbuhkan semangat literasi, mencintai bahasa Indonesia, dan menjaga keberagaman budaya nasional.
Peliput/Penulis: Dean Alfrid Fiddinan Islam, Siti Saroh
Editor: Rahma Triansari

0 Komentar