![]() |
Sumber: Dokumentasi Pribadi Reporter Beraranda Pers |
Ketua pelaksana, Muhammad Faiz, menjelaskan bahwa tema “Tanda Titik” bukan sekadar judul, melainkan sebuah simbol yang memiliki makna filosofis mendalam. Menurutnya, “Pameran Shutter Shot angkatan 14 bertajuk Tanda Titik, yaitu metafora tentang akhir yang benar-benar akhir, di mana setiap awal akan menemui akhir, dan setiap akhir hanyalah awal untuk sesuatu yang baru,” ucapnya. Ia menambahkan bahwa melalui karya-karya yang ditampilkan, para pameris ingin mengajak pengunjung untuk merenungkan bahwa kehidupan manusia selalu bergerak dalam siklus bahwa setiap titik akhir bukan berarti berhenti, melainkan menjadi ruang untuk memulai sesuatu yang baru.
Faiz juga menjelaskan rangkaian kegiatan yang berlangsung selama acara ini. “Rangkaian acara yang pertama ada pembukaan oleh pihak kampus untuk membuka gelaran pameran ini, lalu pamerannya itu sendiri, kemudian seminar dari eksternal yang diisi oleh Adi, dan terakhir ada perayaan ulang tahun Shutter Shot,” ungkapnya. Ia mengaku senang melihat antusiasme yang tinggi dari pengunjung. “Untuk audiens, kita tembus di undangan sekitar 200-an orang, dan itu belum termasuk mahasiswa kampus. Jadi bisa dibilang antusiasmenya cukup tinggi,” tambahnya.
Salah satu sesi yang paling ditunggu dalam pameran ini adalah seminar bertajuk “Visual Story telling” yang dibawakan oleh Adi fotografer jurnalistik profesional. Dengan gaya bicara yang hangat dan santai, ia membagikan pengalamannya di dunia foto jurnalistik yang telah ia tekuni sejak tahun 2007.
Adi menjelaskan bahwa inti dari materi yang ia sampaikan adalah tentang bagaimana gambar dapat bercerita. “Materinya pasti tentang visual story telling-nya. Jadi bagaimana sebuah visual itu mampu bercerita, sesederhana itu,” ujarnya. Ia melanjutkan bahwa bercerita melalui visual dapat dilakukan melalui berbagai medium. “Sebenarnya gimana orang itu bercerita melalui visual baik itu fotografi, film, komik, atau majalah. Intinya gambar yang bercerita. Karena kebetulan saya bekerja sebagai pewarta foto, jadi pendekatannya melalui fotografi,” jelasnya.
Adi juga menekankan pentingnya forum-forum seperti seminar ini sebagai ruang untuk menumbuhkan kreativitas dan rasa ingin tahu mahasiswa. “Forum-forum diskusi seperti ini seharusnya tetap berjalan, karena dari sana kita bisa membangun rasa keingintahuan, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa mahasiswa perlu memiliki keberanian untuk menggali pengetahuan dari narasumber dan berani bertanya, karena esensi belajar justru terjadi dalam proses bertukar pikiran.
Pameran ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Universitas Pakuan, tetapi juga oleh pelajar dari luar kampus. Dua di antaranya adalah Maura dan Alia, siswi dari SMA Triple J, yang datang dengan rasa penasaran dan semangat untuk belajar hal baru. Maura mengaku kehadirannya didasari oleh rasa ingin tahu terhadap suasana kampus Pakuan. “Sebenarnya yang pertama karena saya sudah pernah ke Pakuan dan ingin lihat lagi bagaimana sekarang. Terus juga diajak guru,” ujarnya. Alia pun menambahkan, “Kalau saya mau tahu Pakuan itu seperti apa, ini pertama kali saya ikut. Jadi saya penasaran.”
Meskipun awalnya mereka tidak terlalu mendalami dunia fotografi, keduanya merasa mendapatkan pengalaman berharga dari seminar dan pameran tersebut. “Meskipun saya tak terlalu tertarik sama fotografi, tapi saya suka dengar orang bicara. Saya terkesan dari cara pemateri menyampaikan materinya, itu yang bikin menarik,” ucap Alia. Sementara Maura menyampaikan kekagumannya terhadap karya-karya yang dipamerkan. “Saya suka banget dari pameran fotografinya, karena tiap foto punya makna tersendiri dan dijelaskan dengan detail. Dari situ saya jadi tahu kalau sebuah foto bisa punya cerita yang dalam,” tuturnya.
Melalui tema “Tanda Titik” pameran ini menjadi ruang ekspresi sekaligus perenungan untuk memaknai proses berkarya. Setiap foto, setiap sudut, setiap warna dalam bingkai seakan menandai perjalanan batin dan pengalaman personal dari sang fotografer. Ketua pelaksana berharap bahwa karya-karya yang ditampilkan dapat memberikan kesan mendalam bagi siapa pun yang datang. “Harapanku semoga karya-karya hasil pameris dapat memberikan ruang perenungan tentang titik-titik kehidupan, dan dapat memaknai tentang titik-titik kehidupan yang ada di display pameran,” pungkas Faiz.
Pameran Shutter Shot angkatan 14 bukan hanya sekadar ajang untuk memamerkan hasil karya visual, tetapi juga sebuah refleksi kolektif tentang kehidupan dan proses penciptaan. Melalui bingkai-bingkai foto yang sederhana namun penuh makna, para mahasiswa membuktikan bahwa setiap gambar memiliki cerita, dan setiap cerita berhak mendapatkan “Tanda Titiknya” sendiri.
Peliput/Penulis: Bunga Vania, Intan Dwi Sasmita
Editor: Alfandi Ilham
0 Komentar