Aksi Kamisan Bogor: Soeharto Bukan Pahlawan, Negara Merugikan Masyarakat

 

Sumber Dokumentasi Pribadi Reporter Beranda Pers

Beranda Pers - Aksi Kamisan digelar pada Kamis, 13 November 2025 dengan membawa poin: menolak gelar pahlawan Soeharto dan mengenang 27 tahun tragedi Semanggi I. Aksi ini berlangsung di Tugu Kujang Kota Bogor, dari pukul 16.00-17.25 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Cahya Putra, selaku koordinator lapangan menyampaikan bahwa, Aksi Kamisan tersebut digelar untuk memperjuangkan hak-hak khalayak yang hingga kini belum teratasi. Dalam poin-poin yang disampaikan, terutama pada gelar Soeharto menjadi pahlawan, “Di masa rezim Orde Baru (Orba) banyak melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang itu belum tuntas hingga sekarang,” ucap Putra.

Menurutnya, gelar yang diberikan negara kepada Soeharto harus dipertimbangkan, berkaca dari track record yang telah dilalui Soeharto, “Dari kasus korupsi, hingga pelanggaran, tapi kenapa negara selalu membuat langkah yang akhirnya banyak merugikan masyarakatnya?” Pungkasnya.

Sama halnya dengan Wiji, salah satu peserta yang turut andil dalam Aksi Kamisan di Tugu Kujang, pengalamannya bekerja di Organisasi Masyarakat Sipil membuatnya sedikit banyak terpapar dengan isu-isu yang berkembang di masyarakat, termasuk salah satunya mengenai Aksi Kamisan ini. Wiji menyampaikan bahwa Aksi Kamisan penting agar mengingat momentum sejarah di Indonesia. “Yang diinginkan mengingatkan tentang sejarah Indonesia. Menjaga kewarasan nalar,” kata Wiji.

Ia juga menyayangkan lemahnya nalar pemerintah yang dianggap ‘terbalik’ dengan memberikan gelar pahlawan kepada Soeharto, “Karena nalarnya, kalau Soeharto adalah pahlawan, lalu apa sebutan untuk mereka yang memprotes dia, yang menuntut menurunkan dia di peristiwa 98 itu? itu kan nalar yang terbalik-balik ya? jadi tidak masuk akal." Tuturnya kemudian.

Tragedi Semanggi I pun tak luput disuarakan di Aksi Kamisan. Wiji yang pada saat tragedi itu berlangsung sedang di Yogyakarta bercerita bahwa salah satu adik kelasnya semasa Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu Bernadinus Realino Norma Irawan (Wawan), gugur ditembak dalam tragedi Semanggi I, yang kemudian ibunya, Sumarsih menjadi aktivis HAM dalam Aksi Kamisan yang digelar secara rutin.

Wiji menuturkan bahwasanya Aksi Kamisan harus tetap terus digelar, terutama di Bogor, “Saya senang karena teman-teman di Bogor juga mau menyuarakan kebenaran. Semoga sih teman-teman di Bogor tetap bertahan, bagaimana harus rekonsiliasi dan mewujudkan keadilan itu,“ pungkasnya.

Peliput/Penulis: Irsyad Arif Fadhillah, Yasinta Saumarisa

Editor: Bunga Vania

Posting Komentar

0 Komentar