Setiap tahun, Indonesia merayakan Hari Film Nasional untuk menghargai dan memperingati kontribusi para sineas dalam perkembangan perfilman Tanah Air. Merujuk pada keputusan Presiden RI No.25/1999, Presiden B.J. Habibie menetapkan tanggal 30 Maret sebagai momen spesial untuk merayakan keberagaman karya sinematik Indonesia, serta untuk mengenang sejarah panjang industri film di negara ini. Peringatan yang dirayakan setiap tahun ini merupakan bentuk penghargaan terhadap film-film Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar dalam bidang seni dan budaya.
Hari Film Nasional bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga ajang refleksi terhadap perjalanan perfilman Indonesia. Melalui perayaan ini, masyarakat diajak untuk lebih menghargai karya-karya film lokal serta mendukung perkembangan industri film di Tanah Air. Selain itu, Hari Film Nasional juga menjadi momentum untuk menggalang kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya lewat film-film Indonesia.
Sejak era perintisan pada awal abad ke-20, dunia perfilman Indonesia telah mengalami perkembangan yang mengesankan. Dari film bisu hingga era modern digital, industri film Indonesia telah menyajikan karya-karya yang mencerminkan kekayaan budaya dan lanskap sosial negara ini. Salah satu tonggak sejarah yang penting adalah kelahiran film pertama Indonesia, yaitu Loetoeng Kasaroeng pada tahun 1926, yang merupakan karya dari sutradara berdarah Belanda terkenal, L. Heuveldorp. Film ini menjadi batu loncatan bagi industri film nasional dan membuka pintu bagi produksi film-film berikutnya. Loetoeng Kasaroeng dirilis oleh NV Java Company pada 31 Desember 1926, dan tayang di bioskop hingga 6 Januari 1927. George Krugers yang merupakan Indo (Jawa-Belanda) menyutradai film ini, dibantu Heuveuldorp.
Adapun Darah dan Doa atau Long March of Siliwangi, karya Usmar Ismail (20 Maret 1921 - 2 Januari 1971), adalah film nasional pertama yang disutradarai dan diproduksi Perusahaan Film Indonesia (Perfini). Pada Kamis, 30 Maret 1950, yang merupakan hari pengambilan gambar pertama film ini, adalah rujukan serta landasan bagi pemerintah untuk menetapkannya sebagai Hari Film Nasional.
Film berwarna hitam putih yang baru dirilis pada Jumat, 1 September 1950 ini mengisahkan perjalanan pulang prajurit Divisi Siliwangi yang dipimpin Kapten Sudarto (diperankan Del Juzar), dari Jogjakarta menuju Jawa Barat. Di tengah perjalanan, Sudarto dan sahabatnya, Adam, tak hanya harus melawan penjajah Belanda, tetapi juga para pemberontak lokal. Dalam beberapa peristiwa, Kapten Sudarto, yang telah kehilangan anaknya akibat meletusnya revolusi, digambarkan sebagai seorang peragu dalam pengambilan keputusan. Alih-alih ditokohkan sebagai pahlawan, film ini justru lebih menyoroti Sudarto sebagai manusia dengan banyak kekurangan, termasuk pengkhianatan. Sudarto terlibat perselingkuhan dengan dua orang perempuan: seorang perempuan keturunan Jerman, dan Widya, seorang perawat, padahal Sudarto sudah memiliki istri. Film ditutup dengan ditembak matinya Sudarto oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), organisasi yang ikut ditumpasnya pada pemberontakan di Madiun 1948. Ironisnya, operasi penumpasan di Madiun itu sejatinya ditentang oleh Sudarto, karena baginya itu merupakan perang melawan bangsa sendiri.
Dengan berstatuskan sebagai rakyat, sudah sepatutnya kita mengetahui aneka sejarah yang ada di Indonesia, salah satunya Hari Film Nasional. Melalui perayaan Hari Film Nasional, diharapkan kesadaran akan pentingnya sinema Indonesia semakin meningkat di kalangan masyarakat. Mari kita dukung dan apresiasi karya-karya sineas Indonesia, sehingga sinema Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang besar bagi budaya dan industri film Indonesia.
Sumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2024). "Perayaan Hari Film Nasional." [Online]. Tersedia: [https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2024/03/perayaan-hari-film-nasional](https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2024/03/perayaan-hari-film-nasional)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2024). "Hari Film Nasional: Merayakan Warisan Sinematik Indonesia." [Online]. Tersedia: [https://www.kemenparekraf.go.id/hari-film-nasional-merayakan-warisan-sinematik-indonesia](https://www.kemenparekraf.go.id/hari-film-nasional-merayakan-warisan-sinematik-indonesia)
"Peringati Hari Film Nasional, Ini Sejarahnya," Tempo.co, https://sejarah.tempo.co/read/1486/peringati-hari-film-nasional-ini-sejarahnya
"Hari Film Nasional, Apa Artinya Bagi Sinema Indonesia?" Kompas.com, https://www.kompas.com/hype/read/2022/03/30/151822366/hari-film-nasional-apa-artinya-bagi-sinema-indonesia
"Menelusuri Sejarah Hari Film Nasional," CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220330111627-220-778357/menelusuri-sejarah-hari-film-nasional
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (tanpa tanggal). "Sejarah Hari Film Nasional". Diakses dari [https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/03/sejarah-hari-film-nasional](https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/03/sejarah-hari-film-nasional)
Jonathan Pasaribu, Adrian, Hikmat Darmawan, dan Totot Indrarto. 2017. Merayakan Film Nasional. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Salma Mutiara Ramdhani
Yasinta Saumarisa
0 Komentar