Time Capsule: Rewind Journey True Time

 

Suasana Acara Time Capsule pada Senin (9/12/2025) Beranda Pers/Sultan Gibran, Muhamad Fatir

Beranda Pers – Acara Time Capsule yang berlangsung pada Senin, 8 Desember 2025 di Graha Pakuan Siliwangi (GPS) lantai 1 Universitas Pakuan, hadirnya acara ini menjadi bagian untuk mengingat fenomena era 90-an. Time Capsule diselenggarakan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi semester 5 kelas Hubungan Masyarakat (Humas) 3. Ketua pelaksana Time Capsule, Diandra Ghudzamir Harlyandi, menjelaskan tema pada acara ini adalah “Rewind Journey True Time”. Tema acara ini dibuat karena anak-anak zaman sekarang fokus permainannya sudah teralihkan ke gadget, permainan zaman dahulu lebih banyak unsur edukasi dan juga unsur sosialisasinya sehingga anak-anak menjadi lebih aktif dan kreatif.

Dalam acara ini, panitia menyediakan berupa barang-barang permainan zaman dahulu yang mana para anak-anak yang akan memainkannya, acara ini terbagi ke dalam dua sesi, pada sesi pagi sampai siang terdapat kelas 3-6 SD (Sekolah Dasar), dan pada sesi siang untuk mahasiswa serta dosen. Dalam wawancara dengan Diandra, ia mengakui bahwa kendala paling signifikan terletak pada properti permainan. Ketidakadaan alat permainan tradisional yang siap pakai memaksa panitia untuk membuat secara manual. “Terus juga kita banyak banget kendala di audiens, yang di mana kita harus banyak menyebarkan flyer dan juga kita menyebarkan info-info ke sekolah-sekolah, ke kampus-kampus, dan juga ke dosen-dosen. Itu sih, yang paling utama dari kendala event ini,” kata Diandra.

Valianty Sariswara, M.I., Kom., selaku dosen pembimbing pun ikut memberi tanggapan. “Menerapkan bagaimana si Event Organizer (EO), teman-teman yang memang melakukan ini, mampu membuat konsep dan menerapkan itu kepada audiens. Dari pertama teman-teman mengajukan konsep ini, mereka membuat Time Capsule. Kenapa targetnya ternyata audiensnya anak-anak SD? Ternyata anak-anak SD sekarang justru sebenarnya adalah generasi-generasi yang paling kurang mendapatkan. Ibaratnya, dapat sentuhan untuk permainan-permainan zaman dulu,” kata Valianty Sariswara, M.I., Kom.. Untuk mengingat bahwasannya permainan zaman dahulu itu harus turun temurun, budaya yang sudah ada sudah seharusnya dijalani sebagai masyarakat.

Adapun Wildan, pembina dari SDN Ciheuleut 2, memberikan kesan pertama untuk acara Time Capsule ini. “Terhadap acara ini sungguh antusias ya, karena pertama bisa mengundang anak sekolah, lalu bisa mengundang guru-guru juga, mengundang orang tua juga. Jadi, wawasan tidak hanya untuk kalangan di kampus gitu, kan. Di luar kampus pun, wawasannya kita tahu apa, sih, ada acara apa, sih? Seperti itu,” kata Wildan. Ia menilai konsep acara yang telah dibangun oleh panitia sangat berdampingan langsung dengan olahraga tradisional di sekolah. 

Acara ini sangat berkesan bagi sebagian audiens seperti perspektif dari orang tua sang anak, yaitu Eha Zuleha memberikan pendapatnya tentang acara ini. “Saya sebagai orang tua murid, merasa senang karena anak-anak bisa. Bisa ekspresif ya di sini. Dan juga untuk permainan-permainannya sangat edukatif untuk anak-anak,” kata Eha Zuleha. Ia melihat acara ini berfungsi sebagai sarana edukatif dan ekspresif bagi anak dalam lingkungan yang positif.

Dengan konsep acara yang tradisional, acara Time Capsule berhasil mengangkat nilai edukatif dan sosial dari permainan tradisional era 90-an, serta antusiasme anak-anak SD. Time Capsule juga menjadikan ruang untuk para audiens yang ingin bernostalgia dengan permainan zaman dahulu, dukungan dari dosen, guru, serta orang tua menegaskan kembali bahwa acara ini tidak hanya nostalgia, tapi juga sarana edukasi dan pengembangan kreatifitas anak.

Peliput/Penulis: Sultan Gibran, Muhamad Fatir 
Editor: Rahma Trianasari

Posting Komentar

0 Komentar