Battle on The Court sebagai Ruang Sportif bagi Masyarakat untuk Menyalurkan Bakat

 
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi Reporter Beranda Pers

Beranda Pers - Mahasiswa Hubungan Masyarakat Lima, Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB), Universitas Pakuan (Unpak), Kota Bogor, menciptakan ruang bagi para pecinta olahraga basket untuk menyalurkan bakatnya melalui acara Battle on The Court. Lomba ini berlangsung pada Jumat, 10 Januari 2025 dari pukul 08.00 hingga 11.30 Waktu Indonesia Barat (WIB) di Lapangan Sempur Kota Bogor. Battle On The Court ialah nama sekaligus tema acara yang diusung dengan tujuan mempererat silaturahmi dan melestarikan olahraga basket. 

“Tujuannya untuk mempererat silaturahmi dan membangun keluarga dari permainan basket, terutama dari anak-anak muda, kebetulan ini kebanyakan dari anak-anak kampus, dan ini tuh buat melestarikan aja sih, melestarikan komunitas sempur,” ungkap Abizar Firdaus selaku Ketua Pelaksana Battle on The Court. 

Menurut Abizar, melalui kegiatan inilah kemudian terbentuk kolaborasi antara pihak panitia dengan pihak internal dari komunitas sempur. Beberapa penyesuaian pun dilakukan, mengingat bahwa waktu penggunaan Lapangan Sempur sudah terbagi antara orang dewasa dan anak-anak kecil. 

“Nah kenapa pilih di hari Jumat juga, karena kan Jumat itu jadwal latihan mereka ya anak komunitas sempur yang usia dewasa, yang buat anak-anak kecilnya itu di jam-jam sore, kalau di pagi baru orang-orang dewasanya. Makanya kita minta satu hari di jam latihan mereka, kita ganti dengan event kecil-kecilan aja gitu,” tutur Abizar.

Selama pertandingan berlangsung, mulai dari suara decitan dan pantulan bola, sorak sorai dari para pemain, hingga lengkingan peluit wasit yang sesekali dibunyikan, dikombinasikan dengan iring-iringan lagu bergayakan musik hip-hop dengan genre rap, menampilkan konsep street basketball yang meriah. 

Olahraga basket yang dipertandingkan ini terbuka untuk umum tanpa batasan usia, namun memang dikhususkan untuk laki-laki. Tercatat kegiatan ini telah dimeriahkan oleh 13 tim dengan maksimal empat orang dalam setiap timnya. Sebelumnya Abizar juga menjelaskan bahwa ada pembatasan jumlah tim yang bisa berpartisipasi, jadi kuota yang tersedia hanya untuk 16 tim saja. 

“Kalau untuk timnya, untuk 16 tim aja sih sebenernya. Karena sistem mainnya tiga x tiga kan cepet ya beresnya, makanya untuk sistem ini udah lebih dari cukuplah yang join. Untuk timnya, terhitung ada 13 tim yang daftar. Per timnya, kita tetapin biar beranggotakan maksimal empat orang,” jelas Abizar. Adapun bentuk penghargaan dari perlombaan ini berupa uang pembinaan dan sertifikat, pihak panitia juga hanya menyediakan posisi juara hanya untuk juara satu dan juara dua saja. 

Beberapa kendala yang ditemui adalah kendala eksternal, seperti keadaan cuaca yang tidak menentu dan bagaimana penyesuaian dengan pihak komunitas sempur dilakukan. “Untuk kendala dari yang paling pertama itu kita mikirin cuaca. Takutnya dari malem udah hujan, jadi kita harus bersih-bersih lapangan dulu karena kita kan di outdoor. Kalau pagi kita kan juga ngga tau, bisa jadi hujan atau juga ngga, dan yang kedua, kita lebih tek-tokan sama masyarakat yang ada di sini buat pengamanannya lah itu aja sih,” tambah Abizar. 

Berjalannya lomba ini tentunya menarik antusiasme masyarakat khususnya anak-anak muda yang suka berolahraga. “Pastinya seneng ya karena kan di lapangan umum jarang banget ada event turnamen, terima kasih banget karena udah ngadain event yang buat kita jadi ada sarana buat main,” kesan yang disampaikan oleh Pramasurya Krisetiawan dari tim basket Sunset Ballers sebagai peserta lomba. 

Muhammad Thariq Az Zuchruft, rekan tim dari Pramasurya juga mengungkapkan hal serupa. Ia mengungkapkan bahwa untuk event turnamen semacam ini biasanya diselenggarakan langsung oleh pihak Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi), cukup jarang ia menemui penyelenggara acara berasal dari kalangan mahasiswa. 

Pramasurya menambahkan, “Kalau kekurangannya mungkin lebih ke technical meeting sih, karena jadwalnya tuh diundur-undur terus. Kan itu mungkin maksudnya karena ada beberapa orang yang kerja, atau berhalangan, jadi mau ngatur waktunya susah. Sama paling ada kendala dari wasitnya aja, kasian dia sendiri.”

Di sisi lain, Muhammad Thariq justru menyoroti partisipasi dari para mantan pemain yang kembali berkesempatan untuk merasakan pertandingan basket melalui acara ini. “Keuntungannya, ini kan semuanya rata-rata dari komunitas ya, bahkan dari pemain malah ada yang udah off jadi pemain atlet beneran. Jadi ada kesenangan bagi para pemain yang udah lama ngga main, mereka bisa ngerasain suasana tanding lagi, bernostalgia gitu,” tutup Muhammad Thariq.


Peliput/Penulis: Sabrina Tria A., Alma Rosanna L. M.

Editor: Yasinta Saumarisa

Posting Komentar

0 Komentar